Cuplikan Hidup Gadis Pecinta Kesenian Tradisional

Livia Angelie Yapardi lahir di Semarang pada tanggal 15 Juli 2008. Gadis yang kerap dipanggil Livia itu sekarang berusia 15 tahun dan sedang menempuh pendidikan di SMA Sedes Sapientiae. Sebelumya ia sudah menyelesaikan pendidikan dasar di SD Marsudirini Pemuda, lalu sekolah menengah pertama di SMP Maria Mediatrix. Livia tinggal bersama keluarga kecilnya di Jl. Wotgandul Timur no. 22, Kranggan, Semarang. Keluarga Livia memiliki bisnis Bakpao Mekarsari yang cukup terkenal di kalangan orang-orang Semarang di Pecinan. Ia memiliki satu adik laki-laki yang masih SMP.

Livia dikenal sebagai murid yang aktif bertanya dan menjawab saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Ia juga kerapkali senang membantu teman-temannya saat kesulitan dalam mengerjakan soal. Banyak orang gampang akrab dengan Livia dikarenakan sifatnya yang ramah, suka mengobrol, dan gemar membantu. Gadis yang tingginya 163 cm itu, memiliki motto hidup yang motivatif yaitu, ”Jangan pandang kesalahan sebagai masalah, namun sebagai pelajaran”.

Gadis beretnis Tionghoa ini memiliki kecintaan yang besar dengan kebudayaan dan kesenian tradisional Indonesia. Sebagai ekstrakurikuler di masa SMA-nya ia memilih gamelan, dan sudah mahir memainkannya karena ia menemukan kesenangan di situ. Di masa kanak-kanaknya, ia juga aktif menarikan tarian tradisional di acara-acara penting. Menurutnya, kesenian tradisional Indonesia sangat menarik sehingga perlu dilestarikan, karena sayang sekali jika kebudayaan yang menjadi ciri khas dan keunikan Indonesia punah, padahal kebudayaan Indonesia sangatlah unik.

Saat SMP, Livia juga pernah menjadi salah satu penulis dari kumpulan cerpen yang berjudul ”Cerita Cita dan Cinta” yang sudah diterbitkan menjadi buku fisik. Livia juga pernah berpartisipasi dalam pembuatan film pendek yang ditampilkan saat kelulusan SMP. Di kala itu, dia menjadi penanggung jawab film, penulis skrip, dan juga narator. Jadi tentu saja Livia harus memahami angle, jalan cerita, dan menyutradari film yang ditonton oleh satu angkatan itu. Livia melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab dan tentunya tegas karena dia bisa mengoordinasi timnya sehingga menghasilkan film yang mengesankan.

Salah satu hobi Livia adalah memasak, ia suka mencoba-coba resep untuk masakan-masakan yang dibuatnya. Dari hobi berkreasinya ini, Livia jadi termotivasi untuk menjadi seorang Food Enterpreneur yang fokus di kuliner khas Indonesia kelak. Fans Billie Eilish ini memang sangat aktif dan berani mencoba hal-hal baru, berbagai kegiatan lain yang Livia sukai adalah menggambar, membaca komik atau novel, dan berenang.

Saat ada kegiatan kemah pramuka bulan Maret kemarin, Livia sebagai calon dewan kerja ambalan atau CDKA harus melalui beberapa kegiatan. Para DKA juga memperingati para CDKA bahwa mereka akan mengawasi sikap tiap-tiap calon untuk menilai kelayakan mereka. Empat hari berturut-turut sebelum kemah dilaksanakan, Livia harus mengikuti latihan sepulang sekolah, ia bertugas untuk memimpin koor saat upacara. Saat hari pertama kemah, di saat para peserta lain beristirahat sejenak, Livia tetap harus mengikuti latihan upacara.

Selama kegiatan kemah, Livia menempati sangga khusus, yakni sangga CDKA. Dia mengaku sering diperintahkan untuk melakukan banyak hal penting, seperti menangani orang yang sakit, mengawasi serta menertibkan peserta didik yang berisik saat upacara api unggun berlangsung. Di kegelapan malam, ia dan CDKA lainnya, berkeliling menjaga upacara api unggun itu agar suasananya tetap syahdu dan peserta didik bisa fokus. Dari serangkaian kegiatan ini, Livia belajar akan pentingnya menjaga sikap disiplin, berani, dan setia, sesuai dengan nilai pembentukan karakter yang ingin dicapai oleh tema kegiatan kemah pramuka kala itu.

Meski saat itu tubuhnya kurang fit, ia tetap berusaha melakukan tanggung jawabnya semaksimal mungkin. Ia tetap disiplin dan setia mengikuti setiap latihan upacara yang ada, walau ia merasa cukup lemas di akhir-akhir. Benar saja, saat upacara penutupan kemah, suara Livia yang awalnya berangsur menghilang, sekarang sudah benar-benar hilang, sehingga tidak memungkinkan baginya untuk memimpin koor untuk satu angkatan. Jadilah, peran Livia digantikan oleh orang lain. Dari kejadian ini, Livia pun belajar bahwa memaksakan diri bukanlah hal yang menguntungkan dari segi apapun, meskipun ia terkenal sebagai anak yang aktif, namun bagi manusia, aktifpun tetap ada batasannya. Livia disadarkan akan pentingnya istirahat sejenak dan memperhatikan kesehatannya juga, setelah selama kemah, memperhatikan kesehatan orang lain.

Dari sedikit kisah hidup Livia ini, dapat disimpulkan bahwa ia adalah gadis yang memiliki nasionalisme tinggi, meskipun ia masih menjadi seorang pelajar. Dapat dibuktikan dari kecintaannya akan budaya-budaya Indonesia dan tekadnya untuk tetap melestarikan makanan dan kesenian tradisional melalui berbagai aksi nyata. Dari kecintaannya akan budaya negara ini, ia juga memutuskan ingin terlibat dalam dewan kerja ambalan di sekolahnya, hal ini dapat dipandang sebagai kontribusinya dalam membentuk karakter pemuda bangsa ini melalui serangkaian kegiatan pendidikan pramuka yang disiapkan oleh para DKA. Niat, aksi, kecintaan dan kesetiaannya terhadap bangsa Indonesia, patut dijadikan teladan bagi generasi penerus bangsa ini. Dengan begitu, nasionalisme bangsa tidak semakin pudar dan kearifan lokal Indonesia masih bisa dirasakan, dipandang, dan dilestarikan oleh generasi sekarang hingga generasi yang akan datang.#Felice S


Diterbitkan

dalam

oleh

Tags:

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *