Implementasi Ajaran Hidup Masyarakat Jawa dalam Batik Sidomukti Melalui Digitalisasi, menghantarkan Maria Dominika Tyas Kinasih, S.Pd, guru SMA Sedes Sapientiae Semarang menjadi Juara Harapan III Lomba Artikel Ilmiah Tingkat Nasional Hadeging Kadipaten Pakualaman ke-213 Masehi Tahun 2024.
Berikut ini ulasan beliau tentang implementasi ajaran hidup masyarakat Jawa dalam batik Sidomukti melalui digitalisasi.
Perkembangan zaman saat ini ditandai dengan kemajuan teknologi. Fenomena ini berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan. Salah satunya terhadap nilai-nilai hidup. Masyarakat pada masa kini, khususnya generasi muda telah mengalami disrupsi atas nilai-nilai hidupnya. Oleh karena itu, leluhur pada zaman dahulu telah mewariskan ajaran hidup agar mengakar dalam hidup masyarakat.
Berbicara mengenai atas ajaran hidup, masyarakat tentu memiliki pedoman dalam hidupnya. Salah satunya, adalah masyarakat Jawa. Sejak dahulu, masyarakat Jawa memiliki filosofi yang mendasari keberlangsungan hidupnya. Filosofi hidup itu juga dikenal dengan piwulang luhur orang Jawa.
Piwulang hidup orang Jawa dapat ditemukan dalam berbagai budaya. Salah satunya dalam batik Sidomukti. Batik ini biasa dikenakan dalam upacara pernikahan adat Jawa. Batik ini memiliki motif yang beragam seperti: Mahameru (gunung), bunga, dan sebagainya. Motif yang terdapat di dalamnya memiliki makna yang beragam. Seperti halnya motif Mahameru (gunung) melambangkan prinsip yang kuat dalam hidup.
Begitu juga dengan batik Sidomukti yang berasal dari kata Sido dan Mukti. Sido berarti menjadi dan Mukti berarti makmur. Berdasarkan pengertiannya, batik Sidomukti memiliki makna agar pengantin senantiasa memperoleh kemakmuran dalam hidupnya. Namun, untuk mencapai kemakmuran tersebut, diperlukan adanya kerendahan hati dan ketulusan dalam berusaha. Dengan demikian, hidupnya makmur baik lahir maupun batin.
Gambar 1. Salah satu contoh motif batik Sidomukti
(Sumber gambar: https://www.zalora.co.id/blog/fashion/asal-muasal-batik-sidomukti-dan-pengaruhnya-pada-budaya-jawa/)
Sayangnya, nilai-nilai yang memiliki esensi yang bersifat hakiki itu berpotensi mengalami degradasi jika dibiarkan. Masyarakat Jawa, khususnya generasi muda perlu melestarikan piwulang hidup tersebut. Salah satunya adalah melalui pembuatan konten di media sosial.
Pembuatan konten merupakan upaya menggunakan ruang digital untuk memperkenalkan dan melestarikan nilai-nilai yang terkandung di dalam batik Sidomukti. Filosofi tersebut diharapkan dapat diilhami dan diimplementasikan dalam hidup sehari-hari. Tentu saja, dalam pembuatan konten, perlu menyertakan sumber yang jelas, dengan tidak menghilangkan esensi dari batik Sidomukti itu sendiri. Dengan demikian, eksistensi piwulang luhur orang Jawa dalam batik Sidomukti senantiasa dapat terjaga.
Jika bukan kita yang nguri-uri budaya ini, siapa lagi? Yuk, tetap semangat mempopulerkan filosofi batik untuk generasi penerus kita. # CahJun24
Tinggalkan Balasan