Di tengah heningnya malam itu, di mana pepohonan melambai-lambai dan angin berbisik lembut, kami melangkah masuk ke Lembah Karmel, memulai perjalanan spiritual kami. Sebuah retret yang membawa harapan dan cahaya di hati. Retret di Lembah Karmel adalah kegiatan luar sekolah pertama yang kami, para Sedesian kelas X, ikuti di bangku SMA. Rasa antusiasme membara bagaikan api yang menyala, sementara suasana tenang dan sejuk menyambut kami, membuat saya merasa memasuki dunia baru yang penuh ketenangan dan kedamaian. Beberapa saat kemudian, tiba saatnya kami beristirahat di kamar yang telah disediakan, letih perjalanan perlahan menghilang, ditemani nyanyian alam yang sunyi, mengantar kami pada tidur yang lelap.
Pagi hari tiba dengan sinar Matahari yang hangat menyambut kami dengan energi baru untuk menjalani serangkaian aktivitas rohani, tak lupa sambutan dari para frater dan suster dengan senyuman penuh kehangatan dan keceriaan. Kami dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, menciptakan kesempatan bagi kami untuk mempererat persahabatan dengan teman-teman baru. Melalui tawa dan diskusi yang mendalam, kami tak hanya mengenal sesama lebih dekat, tetapi juga belajar tentang kekuatan di tengah kebersamaan. Dalam setiap sesi, kami diajak merenungkan kasih Allah yang tidak berkesudahan bagi perjalanan hidup kita. Juga sahabat sejati satu-sarunya dalam hidup kita, yaitu Yesus yang selalu setia menemani dan menguatkan setiap langkah kehidupan. Kesadaran akan kehadiran Yesus sebagai sahabat sejati memberi ketenangan, mengingatkan bahwa kita tidak pernah sendiri.
Saat mendalami sosok Bunda Maria, kami mengenal kelembutan hati dan ketulusan kasihnya sebagai ibu dari jurus selamat kita. Kami diajak untuk menghormatinya, bukan hanya sebagai ibu, tetapi juga sebagai perantara dalam doa-doa kita. Bunda Maria mengajarkan arti dari ketulusan doa dan keikhlasan hati, mengingatkan kami untuk berserah kepada Tuhan dalam setiap harapan dan doa. Dalam sesi ini, kami diajak untuk mendalami kelembutan Bunda Maria yang selalu penuh kasih, dan melalui doa yang dihaturkan kepada-Nya, kami merasakan ketenangan yang mendalam, memiliki keyakinan bahwa doa tersebut akan dihaturkan kepada Tuhan.
Di tengah keheningan Lembah Karmel yang menyelimuti kami, ada ruang bagi kami untuk mendengarkan suara hati, berefleksi, dan menemukan kedamaian dalam diri. Keheningan ini seolah menjadi waktu khusus untuk merenung, di mana setiap langkah aktivitas mengingatkan kami akan kasih Tuhan yang selalu menyertai. Hati kami dipenuhi rasa syukur, dan keheningan ini membawa kami lebih dekat kepada Tuhan, mengajarkan bahwa dalam kesunyian sekalipun, kita dapat menemukan kedamaian dan makna hidup yang sejati.
Ketika tiba waktunya untuk pulang ke Semarang, hati kami penuh syukur atas kenangan berharga. Setiap momen hening, tawa, dan renungan menjadi pelajaran tentang iman, persahabatan, dan ketulusan. Kami pulang dengan cahaya harapan, sadar bahwa kenangan di Lembah Karmel akan terus hidup di hati, memberi kekuatan dan inspirasi dalam menjalani hidup yang sepenuhnya bersandar kepada Tuhan.
Dalam perjalanan spiritual ini, kami telah menemukan sahabat sejati yang senantiasa menyertai kita hingga kehidupan abadi, menggapai harapan, dan menghidupkan kembali keyakinan bahwa tidak ada kata terlambat untuk meninggalkan kehidupan lama dan memulai kehidupan baru.
Penulis: Fidela Jacqlien Handoyo X-9/06
Editor: Evaristus
Tinggalkan Balasan