Sebuah Langkah Melawan Luka Digital Pembelajaran BK

Belajar bersama Kak Anas

            Siang yang hangat di ruang kelas, jam memasuki mata pelajaran BK pun tiba. Kami mendengarkan dengan penuh perhatian. Kak Anas (Anastasia Tiara Putri, S.Psi.) hadir untuk membahas tema yang dekat dengan kehidupan para remaja masa kini, yaitu “Technology Facilitated Abuse”. Sebuah topik kecil yang sangat membuka mata kami terhadap sisi gelap dunia digital. Mulai dari tiga kata yang sangat akrab dengan topik yang membahas dunia digital, yaitu Humiliation, Controlling, dan Threat. Mungkin tanpa sadar, diantara kita pernah mengalaminya, menyaksikannya, atau bahkan tanpa niatan mungkin melakukannya.

Bayangkan seseorang menerima komentar tajam di media sosial, dihina karena menampilkan penampilan versi dari dirinya. Satu kalimat yang dilemparkan dengan mudah bisa menjadi bagian dari pecahan kaca yang terus tertancap di hati mereka. Humiliation atau penghinaan ini sering kali dianggap sepele, di balik itu dampak yang dihasilkan bisa menghancurkan rasa percaya diri seseorang.

Seseorang yang terus-menerus dilacak keberadaannya, dipantau segala aktivitasnya, hingga dilarang untuk berteman dengan orang tertentu. Mungkin awalnya tampak seperti perhatian, tetapi lama-kelamaan menjadi beban yang mengkekang kebebasan seseorang. Itulah yang disebut dengan Controlling.

Saat kata-kata atau tindakan digunakan untuk menakut-nakuti dan membuat seseorang merasa terancam, bahkan Ketika ancaman itu tidak terlihat nyata, dampaknya akan tetap menciptakan tekanan yang menghancurkan kenyamanan dan keamanan seseorang. Hal tersebut dapat disebut sebagai Threat.

Pada mulanya, teknologi hadir untuk mempermudah hidup kita pada zaman sekarang. Namun, dalam genggaman tangan yang salah, teknologi bisa berubah menjadi alat yang mengancam hidup kita. Dalam dunia yang terus bergerak cepat, para Sedesian sebagai pengguna social media memiliki suara dan kekuatan yang besar. Kekuatan untuk menghargai atau merendahkan, untuk memberi ruang atau mengendalikan, untuk menguatkan atau mengancam. Setiap kata yang terlontarkan merupakan cermin dari siapa kita.

Cinta sejati merupakan cinta yang memberi ruang untuk menjadi diri sendiri, bukan untuk mengendalikan, tetapi saling memahami. Setiap kata yang kita ucapkan, setiap Tindakan yang kita lakukan bisa menjadi penopang semangat bagi teman yang sedang jatuh, atau justru menjadi alasa n mereka untuk menarik diri dari dunia sosial. Hubungan yang sehat, baik dalam pertemanan maupun percintaan, tidak dibangun dari kendali berlebihan atau posesivitas, tetapi dari rasa percaya dan dukungan yang tulus. Bukan mengetahui tentang setiap detail kehidupan orang yang kita cintai, tetapi tentang memahami mereka tanpa paksaan.

Mari menjadi Sedesian yang membawa kehangatan, menyebarkan cinta, dan menguatkan, bukan menekan. Kebaikan dimulai dari pilihan sederhana, yaitu memberi ruang untuk sesame menjadi versi terbaik dirinya. Dan dunia yang penuh kebaikan bisa dimulai dari satu kata yang bijak. Dan kata itu ada di tangan kita.

Penulis: Fidela Jacqlien Handoyo X9/06

Editor: Evaristus


Diterbitkan

dalam

oleh

Tags:

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *