Makna Sedes Sapientiae
Setiap tanggal 8 juni SMA Sedes Sapientiae Semarang melaksanakan Pesta Nama Pelindung. apa sebenarnya arti dan makna Sedes Sapientiae yang selalu di peringati itu? Sedes Sapientiae, adalah sebuah gelar santa Maria yang sudah sangat kuno. Dengan semua gelar yang dikenakan kepada Bunda Maria, mau ditekankan aspek kehidupan dan pengalamannya, terutama perannya sebagai seorang pribadi yang melahirkan Tuhan kita Yesus Kristus. Gambar atau lukisan tentang “Tahta Kebijaksanaan” atau Sedes Sapientiae menunjukkan Maria yang duduk di singgasana membopong kanak-kanak Yesus di pangkuannya, dan menyediakan Yesus untuk adorasi, untuk disembah dan dihormati.
Banyak orang kristiani perdana memperlihatkan Kristus sebagai Kebijaksanaan yang menjelma. Karena itu, dengan membopong kanak-kanak Yesus di pangkuan Maria, Maria menjadi “Tahta” atau kursi bagi Kebijaksanaan. Di samping itu, gelar “Tahta Kebijaksanaan” mengacu pada fakta bahwa Maria “membopong” Kebijaksanaan di dalam dirinya dengan mengandung Kristus dalam rahimnya.
Dalam tradisi Katolik, istilah “Tahta Kebijaksanaan” diidentifikasi dengan salah satu gelar devosional untuk Bunda Allah. “……… Bunda Allah yang suci murni dan tetap perawan, adalah mahkota perutusan Putera dan Roh Kudus. Karena Roh mempersiapkannya, Bapa dalam keputusan keselamatan-Nya menemukan untuk pertama kalinya tempat tinggal, di mana Putera-Nya dan Roh-Nya dapat tinggal di antara manusia. Dalam arti ini tradisi Gereja mengenakan teks-teks terindah tentang kebijaksanaan pada Maria. Maria dipuji dan ditampilkan di dalam liturgi sebagai “takhta kebijaksanaan”.” (KGK 721) Di dalam dia mulailah “karya-karya agung” Allah, yang akan diselesaikan Roh, dalam Kristus dan dalam Gereja: Gelar Maria Tahta Kebijaksanaan, yang ditengarai abad 11 dan abad 12 oleh Peter Damiani dan Guibert de Bogent ini, mengacu pada statusnya sebagai bejana inkarnasi, dengan mengandung Kanak-kanak Yesus yang suci. Ketika Santa Perawan Maria digambarkan dalam ujud ikon “Sedes Sapientiae” duduk di tahta, dengan Kanak-kanak Yesus di pangkuannya, kita melihat Maria dan Yesus.
Pertanyaan kita adalah: Mengapa Maria diberi gelar “Sedes Sapientiae” atau “Tahta Kebijaksanaan”? Ada dua alasan yang perlu disebut. Alasan pertama, kita melihat kebijaksanaan secara absolut sebagai jelmaan Putera Allah, yakni Tuhan kita Yesus Kristus. Santo Paulus menyebut Kristus sebagai “Kebijaksanaan Allah”. Orang Yahudi dan Yunani menyebut Kristus sebagai kuasa Allah dan kebijaksanaan Allah. Santo Yohanes menggunakan konsep dengan mengidentifikasi Kristus sebagai Sabda Allah atau Logos Allah (Yoh 1: 1-13). Sebagai Jelmaan Sabda, Kristus didudukkan pada pangkuan Bunda Maria yang terberkati. Maria adalah tahta dari mana Kristus memerintah alam semesta.
Alasan kedua, Maria adalah tahta kebijaksanaan secara relatif sebagai kepenuhan kemanusiaan dari “Kebijaksanaan Wanita” seperti ditunjukkan dalam Amsal, terutama Amsal 31 sebagai isteri dan ibu yang ideal. Karena Bunda Maria adalah Bunda Kebijaksanaan (Bunda Yesus Kristus), maka Bunda Maria terlibat berpartisipasi di dalam kebijaksanaan secara terus menerus. Ia adalah Kebijaksanaan Wanita karena perannya sebagai theotokos (Bunda yang melahirkan Tuhan).
Jadi, Kristus adalah Kebijaksanaan secara absolut, dan dengan demikian Maria adalah “Tahta Kebijaksanaan” karena Ia mengandung Kristus di dalam rahimnya dan memangku di atas pangkuannya. Maria secara relatif adalah kebijaksanaan karena Ia merupakan personifikasi dari wanita bijaksana seperti ditunjukkan oleh Kitab Amsal.
Maria, Bunda Yesus dan Bunda Allah, adalah ikon terbesar dari iman kita. Peran Maria dalam keselamatan sungguh dahsyat karena melalui Maria, Yesus, sang Penyelamat kita, memasuki dunia. Melalui bimbingan Maria, dan cinta Maria, Yesus bertumbuh menjadi manusia yang mencintai dan yang memelihara, yang meninggalkan orangtuanya untuk melakukan pekerjaan yang diberikan oleh Allah kepada-Nya. Melalui hidup Yesus, Maria sungguh dekat, berbahagia dengan Dia di dalam segala pekerjaan baik dan mendukung serta menghibur Dia di hari-hari penuh keraguan dan penderitaan. Maria adalah murid Yesus yang pertama.
Gereja menghormati Maria sepanjang tahun litrugi. Sebagai orang kristiani, kita melihat Maria sebagai seorang model untuk kemuridan kita. Kita merayakan kelahiran Maria, hari di mana dia ditunjukkan kepada Allah di kenisah, kenaikannya ke surga, kunjungannya ke Elisabeth, perjalanannya ke Betlehem di mana dia melahirkan Yerus . Kita merayakan kehadirannya dan bicara kepada bangsa-bangsa sepanjang sejarah. Tidak ada tahun yang kosong dengan perayaan Maria yang berperan di dalam sejarah keselamatan, karena melalui Maria, keselamatan kita ini lahir.
Di dalam litani St. Perawan Maria, Maria dipanggil sebagai “Tahta Kebijaksanaan”. Dia diberi gelar ini karena dia memberikan daging pada diri Yesus, Anak Allah, yang di dalam Kitab Suci menunjuk pada Sabda Allah. Selama tahun-tahun awal Yesus hidup, Maria mendudukkan Yesus di pangkuannya, dan membimbing Dia, dan karena itu Maria menjadi “Tahta Kebijaksanaan”. Dalam gambaran itu, Maria diperlihatkan menggendong Yesus di pangkuannya. Orang kerap berpikir bahwa kebijaksanaan berarti membuat sebuah keputusan yang bermanfaat bagi kita semua.
Kebijaksanaan berarti sesuatu yang orang miliki agar sukses di dalam hidup, atau bahkan membantu mendapatkan uang banyak. Banyak orang lupa akan fakta bahwa kebijaksanaan adalah hadiah/anugerah yang dibutuhkan untuk tumbuh. Membuat pilihan yang tepat bahwa selaras dengan iman dan nilai perlu menjadi kebiasaan, sehingga kita menyiapkan tanah hati kita untuk mendengarkan suara Tuhan, sebagaimana Maria melakukannya.
Kita bertumbuh dan kita berharap bahwa kebijaksanaan bertumbuh dengan baik. Orangtua Maria membantu dia untuk menggunakan anugerah kebijaksanaan sedemikian sehingga dia menjadi siap untuk memahami rencana Allah dan tujuan bagi hidupnya ketika malaikat datang untuk memberikan kabar baik kepadanya. Kitab suci menceritakan kepada kita bahwa Yesus “tumbuh dalam kebijaksanaan, usia, dan rahmat sehingga ia menjadi paham apa yang Allah kehendaki dari-Nya. Kebijaksanaan adalah anugerah untuk diakui, diuji, dan didalami dalam perjalanan waktu yang dihadapi oleh setiap orang.